Breakfast
Lagi-lagi gue kalah taruhan sama Joni semalam, jadi jam 9 pagi gue udah berdiri di pantry memasak telur dadar ketika sepasang lengan besar tiba-tiba melingkar di pinggang gue dan gue merasakan wajah Joni di ceruk leher gue. Gue lantas menoleh lalu memberinya kecupan kecil di pipi. Setelah itu, Joni malah semakin erat memeluk gue sambil sesekali menggelitiki pinggang gue.
“Jonnn…” keluh gue sambil cemberut karena kesal agenda masak gue diganggu, tapi Joni malah tersenyum lebar dan membalikkan tubuh gue sambil memberi kecupan singkat di bibir gue.
“You know, you’re adorable when you pout”
“Oh shut up” gue memukul dadanya pelan, tapi Joni malah menggenggam tangan gue lalu menguncinya dengan tangannya sendiri sebelum dia menempelkan bibirnya kembali ke bibir gue. Morning kiss he said.
Bau gosong membuat gue melepaskan ciuman gue dan Joni, gue bisa melihat telur dadar yang tadi gue masak sudah setengah gosong. Gue buru-buru mematikan kompor dan mengangkat telur dadar tadi dari wajan.
“Look what you did, Joni” gue menyilangkan tangan setelah meletakan piring berisi telur dadar setengah gosong tadi di meja makan, “It’s okay, I can eat you for breakfast anyway” Joni menarik gue untuk duduk di pangkuannya. Bersamaan dengan itu ponsel Joni yang ia letakan di meja makan bergetar menampilkan nama ‘My ♥️’ di layarnya.
Joni terdiam menatap layar handphonenya, “Kok nggak diangkat?” tanya gue. “Can I?” tanya Joni sambil meraih hanphonenya, “Of course, why not?” jawab gue sambil terkekeh.
“Hey honey, morning” sapa Joni begitu menekan tombol answer. Gue masih duduk di pangkuan Joni sambil memainkan rambut Joni.
“Babe, udah bangun? Udah sarapan? Aku on the way nih, mau titip apa?” gue mendengar suaranya pacarnya di seberang telepon.
“Aku bikin omelette tadi, tapi gosong,” Joni melihat gue sekilas dan sepiring telur dadar gosong di hadapannya. “Aku titip apa aja, selewatnya babe”
“Okay, see you”
“See you. Love you” Joni mengakhiri telpon nya.
“To bad then, you can’t eat me for breakfast” gue berbisik ditelinga Joni sambil terkekeh. Gue lalu berdiri dari pangkuan Joni dan berjalan ke arah kamar. Bergegas memakai celana panjang yang gue pakai semalam dan mengambil blazer gue yang menggantung di balik pintu.
Sebelum keluar kamar, gue memastikan sekali lagi nggak ada setitik jejakpun yang gue tinggalkan di kamar Joni.
“I’m sorry I can’t drive you home” Johnny memeluk gue di depan pintu. Gue mengelus wajah Joni lembut, “It’s okay” gue tersenyum lalu mendaratkan kecupan lembut di pipi Joni, “See you besok di kantor yaaa” pamit gue lalu menutup pintu apartement Joni.
—
Gue membuka pintu apartement gue dan menyalakan lampu living room, lalu berjalan ke arah pantry, membuka kulkas dan mengambil sebotol minuman jus kemasan lalu meneguknya.
“Where have you been? Kamu semalem nggak pulang?”
“Jeff???”